Selasa, 30 November 2010

ETIKA PROTESTAN DAN SEMANGAT KAPITALISME

THE ETHIC PROTESTAN AND THE SPIRIT OF CAPITALIZM

Max Weber lahir di Erfurt, Jerman, 21 April 1864, dia berasal dari keluarga kelas menengah. Perbedaan yang sangat prinsip diantara kedua orang tuanya berpengaruh besar terhadap orientasi intelektual dan perkembangan psikologi Weber. Ayah Weber seorang birokrat yang kedudukan politiknya relatif penting, dan menjadi bagian dari kekuasaan politik yang mapan, dan lagipula sang ayah adalah seorang yang menyukai kesenangan duniawi, dan hal inilah yang menjadi perbedaan antara dia dan istrinya. Ibu Max Weber adalah seorang Calvinis yang taat, wanita yang berusaha menjalani kehidupan prihatin atau tanpa kesenangan seperti yang sangat menjadi dambaan suaminya. Perhatiannya kebanyakan tertuju pada aspek kehidupan akhirat. Perbedaan mendalam antara kedua orang tua Weber ini menyebabkan ketegangan perkawinan mereka dan ketegangan ini berdampak besar pada Weber. 
Max Weber adalah seorang sarjana yang mempunyai tingkat kemampuan intelektual yang sangat tinggi dan memiliki kepribadian yang bisa membuat kesan yang lebih mendalam daripada pengetahuannya kepada siapa saja yang mempunyai hak-hak istimewa untuk mengenal dirinya. Dia mendapat pendidikan untuk menjadi seorang ahli hukum, dan sebagai kegiatan tambahan dari tugasnya mengajar sebagai seorang professor di Freiburg, Heildelbergh, dan Munich, dia juga aktif menulis dalam berbagai bidang keilmuan. Dia berpergian ke berbagai Negara dan mempunyai minat yang besar terhadap gerakan-gerakan social dan politik kontemporer.
Pada usia 56 tahun dia meninggal dunia di Munich pada tahun 1920. Dia pada akhirnya tidak mampu menyelesaikan revisi akhir dari karya-karyanya, karyanya yang paling akhir, yang disusun berdasarkan pada catatan-catatan perkuliahan yang ditulis oleh mahasisiwa di Munich, telah terbit dalam bahasa inggris dengan judul General Economic History (Sejarah Ekonomi Umum). The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism pertama kali diterbitkan dalam bentuk dua artikel, yaitu Archivfur sozialwissenschaft un sozial politik pada tahun 1904 dan 1905. Bersamaan dengan artikel yang berikutnya, yang muncul pada tahun 1906, yaitu The Protestan Sects and The Spirit of Capitalism artikel-artikel itu menjadikan studi pertama dari karya-karyanya yang terkandung dalam Gesammelte Aufasatze Zur Religionssoziologie. Pada kemunculannya yang pertama, artikel-artikel itu telah menarik perhatian yang tiada henti melebihi minat pada barisan para ahli spesialis sejarah dan yang menjadikan sejumlah archive yang diterbitkan terjual dengan cepat, sejak saat itu diskusi-diskusi yang menyertainya terus berlanjut dengan antusiasme yang besar. Hal ini karena pertanyaan yang dimunculkan Weber memiliki signifikansi universal dan metode dari esai-esainya ternyata sama pentingnya dengan kesimpulannya.
Karya dari Weber tidak hanya memberikan gagasan-gagasan yang cemerlang dalam bidang-bidang tertentu namun juga menawarkan suatu jalan keluar baru dalam pendekatan-pendekatannya untuk memecahkan berbagai macam persoalan dari minat perhatian yang tetap, yang tidak hanya menarik perhatian para ahli ekonomi dan sejarah namun juga siapa saja yang ingin memikirkan persoalan-persoalan mendalamyang terjadi pada masyarakat modern.
Pertanyaan yang coba dicari jawabannya oleh Weber sebenarnya bersifat fundamental. Pertanyaan itu mengenai kondisi-kondisi psikologis yang telah memungkinkan adanya perkembangan peradaban kapitalis. Kapitalisme, dalam pengertian perbuatan-perbuatan individu yang besar yang melibatkan control terhadap sumber-sumber financial yang luas dan menghasilkan kekayaan masters. Kapitalisme, sebagai suatu system perekonomian, yang terletak pada suatu organisasi dari para penerima upah bebas secara legal, dengan suatu tujuan untuk mendapatkan keuntungan uang, dari para pemilik modal dan agen-agennya, dan membuat tanda-tanda dalam setiap aspek masyarakat, merupakan suatu fenomena modern.




GAGASAN

A. Afiliasi Agama dan Stratifikasi Sosial
Jika kita sedikit membuka mata untuk melihat realita yang ada didunia, maka dari sana telah tergambar jelas dan kita ketahui bersama bahwa segala jenis bentuk kemajuan entah itu di bidang pendidikan, industry atau teknologi itu semua mayoritas merupakan hasil kerja dari orang-orang protestan. Tidak dapat dipungkiri bahwa anggapan-anggapan dasar kita selama ini mengenai kejayaan bangsa barat itu telah relevan dengan kenyataan asalnya yaitu mulai dari para pemilik modal dan pekerja yang mempunyai skill yang tinggi itu semua terlihat sudah menjadi ciri khas mereka. Tidak lain halnya dengan Kapitalisme, dimana ketika para orang-orang kapitalis ini mencapai puncak keberhasilannya maka mereka berhak untuk mengatur dan menentukan dengan bebas kontribusi yang diberikan penduduk kepada mereka.
Dan memang pada kenyataannya selama ini membuktikan bahwa sumbangsih yang diberikan orang-orang protestan dalam memberikan andil perkembangan dunia ini sangatlah besar, sehingga hal ini menjadi salah satu faktor banyaknya perusahaan-perusahaan domestic gulung tikar akibat kalah bersaing dengan industry modern milik mereka, dan kesemua fakta ini tidak lepas atau masih berhubungan dengan sejarah mereka sendiri, dimana pada waktu itu aliansi agama bukanlah menjadi persoalan dari kondisi sebuah perekonomian, dan kontribusi mereka dalam bidang perekonomian suatu daerah tidak akan bisa lepas dari adanya pemilik modal, dimana mereka mengikutsertakan juga biaya pendidikan yang relative mahal, yang mana hanya bisa dijangkau pada taraf kesejahteraan tertentu. Salah satu faktor yang menyebabkan pesatnya orang protestan adalah mereka sejak awal didukung oleh sumber-sumber alam dan situasi yang sangat menguntungkan mereka, oleh karena itulah mulai abad ke-16 sampai sekarang para orang-orang protewstan terus berjuang untuk memperbaiki taraf kehidupan perekonomian mereka.
Dari sedikit penjelasan diatas terlihat sekali terjadi pelapisan antara orang protestan dengan orang katolik atau orang lain diluar protestan, dan pelapisan masyarakat ini bukannya tanpa dasar, tetapi pada kenyataannya peran agama tidak begitu berpengaruh terhadap kerja suatu industry, yang tentu saja semua itu berkat orang-orang yang bekerja di industry itu sendiri yang dengan latar belakang yang berbeda dari mana mereka berasal, pada zaman sekarang kapitalisme sudah terbebas dari belenggu agama yang dulu diabad pertengahan sangat mendominasi.
Tetapi terlepas dari semua itu bahwa dominasi yang besar dari orang-orang protestan pada tempat-tempat yang sentral yang ada dalam suatu industry dapat diartikan sebagai perwujudan kekayaan materi yang mereka miliki, dan diantara orang katolik dan orang protestan terjadi perbedaan yang sangat mendasar, orang-orang protestan bisa dibilang lebih maju daripada orang katolik dikarenakan mayoritasnya orang protestan dan minoritasnya orang katolik dalam hal manapun seperti kemampuan mereka, kepemilikan modal dan SDM nya lebih berkualitas orang protestan. Kebanyakan orang-orang katolik meskipun mereka mempunyai sesuatu yang bisa dibanggakan tetapi mereka tidak mau membuktikannya di hadapan public sehingga di ibaratkan mereka tidak ada perubahan sama sekali, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan orang protestan mereka mengalami kemajuan ekonomi yang sangat pesat. Tetapi hal yang semacam ini tidak bisa kita lihat dari sisi luarnya saja melainkan kita harus juga bisa melihat sisi dari dalam yaitu yang berupa kepercayaan keagamaan mereka.
Cirri-ciri yang sangat mendasar antara orang protestan dan orang katolik adalah bahwa orang protestan lebih bersifat materialism dan sebaliknya orang katolik lebih memilih hidup yang penuh dengan kesederhanaan. Max Weber mengatakan bahwa:
“ orang-orang katolik pada dasarnya lebih mempunyai keinginan yang lebih kecil untuk memperoleh sesuatu, mereka lebih menyukai kehidupan dengan kenyamanan yang terjamin walau hanya dengan mendapat penghasilan yang lebih kecil daripada memilih kehidupan yang dipenuhi resiko dan kesenangan walau jenis pekerjaan itu member banyak kesempatan untuk mendapatkan kekayaan dan kehormatan” 
Dan hal yang dikemukakan diatas sangat bertentangan dengan sifat alami dari orang protestan yang mereka pada dasarnya mereka menginginkan mulai dari makan enak, rumah besar, dan penghasilan yang melimpah, kesekian alasan inilah yang membentuk orang protestan menjadi orang yang bersifat kapitalis. Dan pada kenyataannya orang protestan mempunyai lebih dari satu karakteristik yang banyak orang beranggapan karakteristik inilah yang merupakan salah satu dari sekian faktor yang penting dalam perkembangan industry dan kapitalistik pada saat revolusi industry di Prancis.
Jadi dari sini dapat dibuktikan bahwa semangat untuk bekerja keras, semangat untuk mencapai kemajuan ataupun apa namanya itu tidak serta merta berasal dari protestantisme agama mereka melainkan ada juga yang berasal dari diri mereka sendiri.

B. Semangat Kapitalisme
Kalau kita melihat sekilas mengenai judul yang tertulis diatas, maka dalam pemikiran kita mungkin kita dapat menganalisa sedikit tentang maksud dari judul tersebut. Tetapi untuk menemukan maksud yang sebenarnya dari judul tersebut tidak ada konsep yang definitive dan final tidak bisa dijelaskan pada bab awal ini sebab kita harus melalui beberapa pengertian terlebih dahulu.
Hal yang akan dibahas dalam bab ini yaitu kita akan mencoba untuk menentukan objek dari semhangat kapitalisme beserta analisis dan penjelasan historinya. Dan disini kita bisa mencoba mendiskripsikan sementara tentang apa yang disebut dengan semangat kapitalime.
Berangkat dar itu semua kita akan menuju sebuah dokumen yang merupakan refleksi dari semangat kapitalisme itu sendiri. Ada seorang yang bernama Benjamin Franklin yang menggambarkan pendiskripsiannya mengenai semangat kapitalisme seperti berikut ini:
“ingatlah, uang mempunyai sifat dapat berkembang dengan sangat cepat. Uang dapat beranak uang dan anak-anaknya menghasilkan anak dan seterusnya. Lima shilling diputarkan menjadi 6, kemudian menjadi 7 dan 3 pence dan selanjutnya sampai menjadi 100 pound. Semakin banyak uangnya semakin banyak yang dihasilkan pada setiap putaran sehingga keuntungannya akan terus meningkat lebih cepat dan cepat. Mereka yang membunuh seekor induk babi biakan berarti dia telah membunuh seluruh anak cucu sampai generasi ke seribu. Mereka yang membunuh seorang pangeran, menghancurkan semuanya yang mungkin telah dihasilkan, bahkan sampai ratusan pound.” 
Benjamin Franklin telah member sedikit gambaran pada kita tentang semangat kapitalisme yang sebagian telah tersirat pada pernyataan diatas. Pernyataan yang sejenis juga pernah dilontarkan oleh Ferdinand Kurnberger yaitu sebuah kata-kata filsafat yang telah dirangkum olehnya yang berbunyi “mereka membuat lilin dari ternak dan membuat uang dari manusia”. Sesungguhnya inti dari dari arti kata-kata tersebut adalah suatu cara membuat membuat orang menjadi sukses didunia ini, dan juga persifatan manusia secara khusus. Pendapat kedua orang ini tidak sama dengan pendapat dari Jacob Fugger, menurutnya selagi kita masih hidup maka kita harus mencari uang yang sebanyak-banyaknya. Semangat yang seperti ini sangat jelas berbeda dengan pernyataan yang sebelumnya, semangat kapitalisme yang kedua inilah yang kemudia disebut dengan semangat kapitalisme modern.
Dalam etika yang ditemukan pada karakteristik Benjamin Franklin ini mengidentikkan leih banyak uang dan uang dan tidak menyukai gaya hidup yang bersenang-senang tetapi hanya sesaat saja. Jadi manusia menurut pemikirannya itu hanyalah makhluk yang harus bekerja keras untuk mencari uang demi mendapatkan semua kebutuhannya. Benjamin Franklin merupakan orang yang taat pada agama, ketika muncul pertanyaan “ mengapa uang harus dibuat untuk manusia?”. Dia menjawab dalam biografinya dengan sebuah kutipan dari kitab Injil yang juga telah lama dia dapatkan dari ayahnya yang juga seorang Calvinisme yang taat. Dan kutipan itu berbunyi “lihatlah manusia yang tekun pada pekerjaannya, dia akan berdiri dihadapan raja” (Amsal 22:29) menurut dia pencarian uang sebatas cara-cara yang masih dalam batas kewajaran atau masih dalam koridor agama itu diperbolehkan dalam bentuk apa saja.
Yang menjadi hal yang paling mendasar dalam etika social kapitalistik yaitu bahwa kita mencari uang untuk kebutuhan material kita itu semuanya mrupakan panggilan tugas atau lebih condong kearayh perkara kewajiban pribadi kita. Semangat kapitalisme dimanapun ia muncul dia akan bisa berjalan dengan sendirinya dan hal itu bisa menghasilkan modal sendiri sebagai cara atau alat untuk menggapai tujuannya. Akan tetapi kapitalisme modern ini tidak bisa masuk dengan begitu mudah pada dunia perekonomian karena banyaknya ketidak percayaan yang menimbulkan sebuah kebencian dan lebih-lebih pada kebobrokan moral yang besar. Hal yang paling penting dalam kesuksesan bisnis seseorang yaitu kemampuan manusia itu sendiri untuk melepaskan dirinya dari sifat-sifat tradisionalnya atau dalam kata lain dia mampu untuk merubah ideology dasarnya.

C. Askese dan Spirit Kapitalisme
Menurut kamus ilmiah popular kata asketis berarti usaha mendekatkan diri dengan tuhan dengan cara membuang kelezatan duniawi . Jadi untuk bisa memahami hal ini kita harus mempelajarinya dari praktek-praktek kependetaan, dikarenakan disini kita harus memahami adanya suatu hubungan antara pemikiran agama yang sangat mendasar dan protestantisme asketis sebagai suatu kesatuan yang tunggal, tetapi hal ini belun bisa dilakukan karena disisi lain puritanisme inggris telah memberikan dasar-dasar keagamaan yang konsisten, salah satu tokoh dari puritanisme inggris adalah salah satu pendeta yang sangat terkenal dalam sejarah yaitu Richard Baxter, dia adalah seorang penulis dan karya-karyanya sudah banyak sekali yang salah satunya adalah Etika-Etika Puritan,orang ini tidak suka akan perebutan kekuasaan yang terjadi pada masanya, dan dia juga tidak setuju mengenai gagasan revolusi, menurut baxter dalam karyanya Sainst Everlasting Rest yang inti didalamnya adalah menyebutkan bahwa seseorang bisa berhenti pada konsep awal tentang kekayaan dan cara memperolehnya, dikarenakan kepercayaan dalam hal ini merupakan bahaya yang besar yaitu yang berupa suatu keinginan untuk meraup kekayaan dan tidak akan berhenti dan berusaha untuk menggapai semua keinginannya.
Tetapi calvin dia tidak melihat permasalahan pendeta mengenai hubungan kekayaan mereka dengan etos kerja mereka sebagai pendeta, maka dari itu calvin membolehkan para pendeta untuk memakai semua sarana-sarana yang telah tersedia untuk meraup semua keuntungan.
Lebih dalam lagi kebobrokan moral mengakibatkan kurangnya tingkat keamanan harta benda yang mereka miliki dan yang lebih parah lagi yaitu cara mereka menikmati kekayaan dengan terus berfoya-foya dan intinya disini adalah mereka semua bingung dalam mencari jalan hidup yang benar, hal ini terjadi disebabkan karena kepemilikan harta benda yang membuat mereka menjadi pemalas dalam menjalani kehidupannya. Dan hal semacam ini sangat tidak bisa diteriama dalam pandangan protestan, dikarenakan tidak ada yang tahu umur manusia sampai kapan dan kesalahan terbesar mereka yaitu ketika mereka membuang-buang waktu untuk pembicaraan tak menentu yang tak berguna, kemewahan yang membuat mereka malas, dan tidur terlalu lama menyebabkan imbas yang buruk pada perekonomian mereka. Dan hal ini selaras dengan pernyataan Benjamin Franklin yang sangat terkenal yaitu “waktu adalah Uang”. Dengan demikian inti dari karya milik Baxter yaitu khotbah-khotbah yang yang memberi spirit kapitalisme mengenai kinerja yang baik, yang terus mengekploitasi kerja dari mental dan badan secara terus menerus, yang di Indonesia disebut dengan istilah “memeras keringat dan banting tulang” untuk mendapatkan penghasilan setiap hari. Dan hal ini dikuatkan dengan firman dari Santo Paulus yang berbunyi “mereka yang tidak bekerja tidak berhak mendapatkan rahmat”. Firman ini berlaku mutlak bagi seluruh manusia dikarenakan manusia yang tidak bekerja maka dia tidak akan memperoleh rahmat.
PENUTUP

Jadi disini penulis dapat menyimpulkan bahwa agama itu sangat berpengaruh dalam perkembangan Spirit kapitalisme seseorang. Dan hal itu juga akan menentukan seberapa besar tingkat perekonomian dari orang tersebut.

1 komentar:

rinamiraa mengatakan...

terima kasih ya mas, sangat membantu tugas :)